
PT MRT Jakarta (Perseroda) akan mulai membuka tender proyek MRT Jakarta Metropolitan lintas Timur Barat (East West) atau koridor Cikarang-Balaraja pada kuartal IV 2025. Total investasi proyek untuk Fase 1 Tahap I sebesar Rp 50 triliun.
Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Weni Maulina, mengatakan perusahaan baru saja menandatangani kontrak dengan Japan Management Consultant Association (JMCA) sebagai konsultan tender.
"Insyaallah di sekitar Kuartal IV, mungkin bulan Oktober atau November, kita akan announce tender dan tender ini internasional," ungkapnya saat Forum Jurnalis MRT Jakarta, Kamis (10/7).
Weni menjelaskan, tender atau lelang ini akan dibuka untuk perusahaan Jepang, sebab asal pendanaan proyek tersebut berasal dari pendanaan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan co-financing Asian Development Bank (ADB).
Namun, perusahaan juga membuka peluang bagi perusahaan Indonesia ikut serta berkolaborasi dengan perusahaan Jepang yang menjadi pemenang lelang di setiap paket konstruksinya.
"Jepang sebagai leader, tapi perusahaan Indonesia bisa sebagai join operation atau join KSO-nya (Kerja Sama Operasi)," kata Weni.

Weni menuturkan, setelah lelang dilakukan, penandatanganan kontrak ditargetkan pada tahun 2026 dan baru kemudian memulai proses konstruksi atau groundbreaking. Target commercial operation date (CoD) proyek ini yaitu tahun 2032.
"Paralel dengan pekerjaan utamanya, tahun ini pun kita sudah mulai menyiapkan beberapa pembebasan tanah dan menyiapkan relokasi-relokasi utilitas atau pekerjaan pendahuluan yang perlu dilakukan sebelum pembangunan fisik yang utamanya tadi dikerjakan," jelasnya.
Proyek MRT Lintas Timur-Barat ini memiliki beberapa fase. Fase 1 Tahap 1 yakni rute Tomang-Medan Satria dan Rorotan sepanjang 24,5 km, kemudian Fase 1 Tahap 2 rute Kembangan-Tomang sepanjang 9,2 km.
Kemudian Fase 2 mencakup rute Banten yaitu Balaraja-Kembangan sepanjang 29,9 km dan rute Jawa Barat yakni Medan Satria-Cikarang sepanjang 20 km.
"Nilai investasinya itu di sekitar Rp 50 triliun. Nilai investasi ini untuk Timur Barat dari sisi pembangunan fisik, terdiri dari 24,5 km jalur, kemudian ada 21 stasiun baik itu elevated maupun underground station, kemudian juga ada depo nanti di sisi timur ya di Rorotan," tutur Weni.